Sabtu, 17 September 2011

Aku dan Hati Merah Jambuku

Aku adalah seorang siswi di sebuah sekolah di kotaku. Belum lama ini aku dikejutkan dengan seorang yang mengirimi aku pesan di ponselku. Isinya mengajakku berkenalan dengannya. Tanpa ku tahu, ternyata dia sudah tahu namaku, kelasku, dan asal sekolahku. Oh iya, namaku Noura.
Tampaknya ada yang tak beres di sini. Sebuah pertanyaan muncul di pikiranku, darimana dia tahu itu semua ? Namun anehnya, saat kutanya siapa namanya dia hanya menjawab `C.S`. Dia menyuruhku untuk bertanya saja pada arfa siapakah dia. Tunggu ! Arfa ??? Apa Arfa yang memberitahu sedikit tentangku pada seseorang berinisial `C.S` itu ya ?
Setelah kupikir-pikir, nampaknya memang Arfa yang menyebabkan pesan dan misscalled berulang kali itu menghampiri ponselku. Beberapa hari yang lalu, ketika aku sedang menunggu jemputan di depan sekolah ditemani Itha, temanku sebangku, tiba-tiba arfa datang dan meminta nomor ponsel Itha dan aku. Saat itu aku tak curiga dengan Arfa karena Arfa temanku sekelas. Jadi menurutku itu wajar. Aku bingung, teramat bingung. Besok di sekolah aku harus menanyakan ini ke Arfa. Semoga semuanya akan baik-baik saja.
Keesokan harinya, sekembalinya aku dari depan kelas untuk mempresentasikan sebuah tugas dari guru, Arfa dan Itha senyum-senyum dan sedikit tertawa melihat ke arahku. Aku heran dan bertanya pada mereka.
“Ada apa sih kalian begitu ?”
Kuarahkan mataku ke Itha, berharap menemukan jawaban. Namun tampaknya Itha diam saja dan masih tersenyum-senyum. Kali ini kuarahkan pandanganku pada Arfa, berharap yang sama.
“Tanya Itha aja,”Arfa masih tersenyum.
“Tha, kenapa sih ?”
“Enggak, Ra. Itu lho, ketua kelas X.II.....”
“Ketua X.II kenapa ?”
“Dia...suka ma kamu, Ra.”
Aku terdiam.`Oh, jadi ini yang membuat mereka menatapku lucu ?`
“Tahu ngga ketua kelas X.II ?” Arfa bertanya padaku.
“Iya, tahu.”
“Ciiiiee...Noura...”Itha menggodaku.
Aku hanya bisa terdiam. Pertanyaanku tlah terjawab. Ternyata seseorang berinisial `C.S` itu adalah `Chandra Setyautama`. Ya, ketua kelas itu.
Sorenya, beberapa misscalled yang identitasnya disembunyikan menghampiri ponselku lagi. aku sedikit terganggu dengan itu. namun sepertinya, ini ulah seseorang berinisial `C.S` itu. `C.S`... kenapa sih ngga mau ngaku aja .
                Awalnya , aku tak pernah sedikitpun mempedulikan Chandra. Bahkan issue tentang aku dan Chandra tersebar luas di kelasku. Ya, hanya di kelasku. Dan untung saja tak terdengar di kelas lain. apalagi kalau sampai terdengar di kelas Chandra, betapa malunya diriku ? Sudah kuduga pasti ini ulahnya Arfa.
Namun hari demi hari kulalui, tanpa kusadari aku mulai menyukainya ! Tak tahu kenapa, lama-kelamaan Chandra telah membuatku berbalik tergila-gila padanya. Entah bagaimana cara jitu yang dilakukan Chandra tuk meluluhkanku. Aku tak tahu.
Beberapa bulan, hubungan kami tetap seperti ini. Tanpa ada komunikasi secara langsung. Aku tak tahu, tapi aku merasa nyaman meskipun seperti ini.
Sewaktu di sekolah , tak sengaja aku dan Chandra berpapasan di kantin. Kantin agaknya sepi karena hari masih pagi. Gina mengajakku untuk menemaninya membeli tisu dan makanan ringan.
                Sementara Gina membeli apa yang ia butuhkan , aku berbicara dalam hati sembari menatap Chandra yang berjarak kurang lebih lima meter.
                ‘Chandra , aku merindukanmu..’
                Tanpa kusangka sebelumnya, Chandra pun menatapku dan menimpali.
                ‘Benarkah , Noura ?’
                ‘Hmm..tak tau kenapa bayang mu selalu saja hiasi anganku.’
                ‘Apa kau tau , Noura ?’
                ‘Apa ?’
                ‘Kau saja rindu padaku , aku pun lebih dari itu..’
                ‘Maksudmu ?’
                ‘Ya aku sangat jauh lebih merindukanmu. Bukannya aku berlebihan , tapi memang begini adanya. Kau terlalu acuhkan aku...’
                ‘Acuh ? Begitukah sikapku selama ini padamu ? Jika kau pikir begitu , maafkan aku..’
                ‘Aku hanya ingin kau lempar senyum manismu dan sapa aku saat jumpa.’
                ‘Hanya itu ?’
                ‘Tapi tak juga kau lakukan itu..’
                ‘Baiklah kalau itu maumu , aku akan lakukan itu jika itu bisa buatmu bahagia.’
                ‘Itu lebih baik..’
                Aku tak sadar telah ditunggu Gina di luar kantin , hingga Gina memanggil namaku berulang kali.
                “Ra ! Ayo buruan , bel masuk tuh ! “Teriak Gina.
                “Ehm , eh..” pikiranku sedikit buyar , “iya Gin !”
Aku hanya bisa tersenyum pada Chandra dan meninggalkannya.      
                Chandra membalas dengan senyuman lantas menatapku yang sedang bergegas menuju kelas. 
                Sementara itu , Gina mengomel tak jelas sepanjang perjalanan kantin sampai kelas , karena tak sebentar ia menungguku.
                “Ah , kamu tadi lama banget sih ...ngga sadar aku nunggu sampai makananku abis , trus ni aku laper lagi tauu..!”
                “Aduh Gina , nggak segitunya kali... Aku tadi kan Cuma ngobrol bentar sama Chandra..”
                “Hah ??? Helloooow..kamu dah pikun ya Ra ? Dari tadi kamu tuh sama sekali ngga ngomong sepatah kata pun , kecuali bengong tuh kalian berdua sambil senyum-senyum ngga jelas gitu. Padahal tau nggak sih , kamu tuh di pojok deket pintu kantin , trus Chandra di pojok satunya. Kamu bilang ngobrol ? Emang kalian punya ilmu kebatinan ya ? Ah , mulai ngga waras ya kamu.!”
                “Hehe..sorry deh Gin. Yuk masuk kelas!”
                Aku dan Gina pun segera memasuki kelas X.I. Aku tersenyum sambil menatap keluar jendela yang tak lain adalah sosok tampan Chandra yang sedang berlalu menuju kelas X.II , lantas membalas senyuman itu yang seolah bermakna ‘our love forever and ever...’
                Senyuman itu...
                Senyuman itu bak bahasa cinta yang menghiasi hati ‘merah jambu’ ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar